Kamis, 15 Januari 2009

MELIHAT KABUPATEN POSO DARI KEDUA BELAH MATA

Rustomo
Image kota Poso yang selama ini, kalau mendengar Poso seperti ada neraka di kota ini, bahwa poso konflik, Poso keras, dan sebagainya. Sehingga Poso seakan-akan dijadikan suatu kota yang Horor. Kesemuanya ini, hanyalah sebuah terciptanya suatu opini yang terbalik semata.

Beberapa hal yang selalu diopinikan oleh berbagai pihak, bahwa gelas pecah yang jatuh di Poso akan dikembangkan menjadi besar. Hal semacam itu, berita saja yang besar, tetapi yang sesungguhnya masyarakat Poso tidak seperti itu.

Kenyataan masyarakat Poso yang sebenarnya, penuh keramahan, mau menerima perbedaan, dan masyarakatnya menjunjung hak-hak asasi manusia itu sendiri, inilah yang dimiliki masyarakat Poso.

Selain itu, masyarakat Poso mempunyai latar belakang sejarah dan peradaban yang panjang di masa lampau yang bisa dilacak lewat warisan peninggalan kebudayaan megalit. Secara kultural masyarakat Poso yang menggunakan bahasa Bare’e dalam komunikasi, mengikat kekerabatan mereka dengan semboyan sintuwu maroso (persatuan yang kuat) yang bertahan hingga sekarang.

Harmonisasi kehidupan di Poso saat ini, berjalan dengan baik, di Kabupaten Poso mempunyai Forum Komukasi Umat Beragama (FKUB) dan Badan Komunikasi Umat Beragama (BKUB) yang berjalan dengan baik, demikan fakta yang ada di Poso.

Fakta fakta dilapangan selama ini, kita tidak bisa menutup mata terhadap masa lalunya, kesalah pahaman turunan Adam yang berkepanjangan. Kini, masyarakat tidak terfokus terhadap traumanya masa lalu tersebut. Dengan secara menyatu, dua komunitas tersebut menyembuhkan atau mengatasinya untuk menghilangkan traumanya dengan melakukan beberbagai kegiatan secara bersamaan tanpa saling curiga dengan tanpa memandang suku, agama atau golongan.

Kabupaten Poso sudah betul betul damai, dilihat dari beberapa kegiatan seperti, dalam merayakan Idul Fitri, Natal dan Idul Adha demikian juga terselenggaranya Fistival Danau Poso. Semua kegiatan yang dilakukan di Kota Poso sekarang ini tanpa diragukan oleh masyarakat termasuk masyarakat akar rumput dapat menikmati rasa damai.
Seiring dengan kondisifnya keadan sosial ekonomi dan keamanan, pada belakangan ini, perkembangan eknomi secara umum di Propinsi Sulawesi Tengah dan khususnya di Kab. Poso secara makro menunjukan perbaikan dan peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini terlihat akhir konflik di Poso pada tahun 2004 angka pertumbuhan ekonomi mencapai 5,65 %. Pada pemerintahan Bupati Piet Inkiriwang mulai menjabat pada tahun 2005, mengalami kenaikan yang tajam, 1,94% atau 7,59%. Kemudian pada tahun2006 naik 0,22% atau 7, 81%, Selanjutnya pada tahun 2007, terus menanjuk sekitar 0,16% atau 9,97%.

Menanjaknya pertumbuhan daerah ini tidak terlepas dari semakin stabilnya keamanan secara menyeluruh dalam upaya mendorong iklim investasi. Dari naiknya angka pertumbuhan ekonomi berdampak pada naiknya pendapatan asli daerah (PAD). Pada tahun 2005, Kab Poso PAD Kab. Poso sebesar 6,1 milyar rupiah, kemudian pada tahun 2006 naik 1,6 milyar rupiah atau 7,7 milyar rupiah. Pada tahun 2007, PAD Kab Poso naik secara drastis mencapai 4 milyar rupiah atau 11, 7%. (Data dinas pendapatan daerah)

Naiknya pertumbuhan ekonomi makro terdukung dengan perkembangan ekonomi mikro, pasar ekonomi rakyat sudah berjalan dengan normal layaknya pasar pasar diluar daerah. Transaksi jual beli tidak khawatir adanya ganguguan keamanan serta tanpa saling curiga diantara penjual dengan pembeli. Terlihat juga adanya Bank Bank yang berada di kota Poso berjalan normal dan menjamurnya Bank.

Kondisi keamanan Kab. Poso sangat mendukung pertumbuhan ekonomi, banyaknya investor menanamkan modal kerja. Dan pada akhir akhir ini, banyaknya investor berniat menanamkan modal dengan membuka lahan perkebunan kelapa sawit, Coklat dan dari sektor lain.

Komoditi tanaman perkebunan di daerah Kabupaten Poso, merupakan tanaman perdagangan yang mempunyai peranan peting, karena tidak saja merupakan sumber penghasilan devisa tetapi juga dapat menciptakan suatu lapangan kerja yang diharapkan menyerap tenaga kerja yang lebih banyak.

Dari lingkungan usahanya, maka tanaman perkebunan dibagi menjadi dua golongan, Perkebunan besar dan perkebunan rakyat.

Untuk perkebunan besar, di Kabupaten Poso sudah tidak ada, hal ini disebabkan perusahan-perusahaan perkebunan besar sudah tidak beroperasi sejak tahun 2000.

Sedangkan Perkebunan rakyat, Komoditi yang menjadi primadona Masyarakat Poso adalah Coklat dan Kelapa dimana komoditi tersebut pada umumnya diekspor ke luar wilayah Kabupaten Poso. Dalam data 2007, perkebunan rakyat sangat mengalami perubahan baik mengenai luas tanamnya maupun mengenai produksinya

Bila dilihat Produk Domistik Regional bruto (PDRB) Kabupaten Poso, sub sektor perkebunan merupakan utamanya hasil Coklat dan Kelapa pemberi sumbangan cukup besar pada PDRB dimana masyarakat Poso bermata pencaharian utama di sektor ini.

Luas perkebuanan Coklat yang berada di Kabupaten Poso dari 18 Kecamatan bila dihitung dengan angka sekitar 42.622 Hektar. Perkebunan Coklat yang terluas berada di Kecamatan Pamona selatan dengan nilai garapan perkebunaan seluas 7.227 Hektar, kemudian Kecamatan Poso Pesisir Utara 6.392 Hektar dan Kecamatan Poso Pesisir seluas 5,218 Hektar. Sementara dari 18 kecamatan yang tidak memiliki perkebunan rakyat tanaman Coklat terdapat di tiga wilayah, Kec. Pamona Tenggara, Lore Timur dan Kec. Lore Peore.

Bila dihitung dari nilai produktifitasnya dari luas tanam 42.622 hektar, pada tahun 2007 coklat di Kab. Poso setiap hektarnya menghasilkan 845 Kg. Sehingga bila dihitung keseluruhan perkebunan rakyat tanaman coklat yang berada di Kab. Poso menghasilkan coklat sebanyak 38.015.590 Kg. Sedangkan pada nilai produksi, luas lahan 42.622 Hektar pada tahun 2007 menghasikan 23.336 ton Coklat.

Sedangkan penggarap tani Coklat yang berada di Kab. Poso pada tahun 2007 sejumlah 37.773 Kepala keluarga (KK). Bila dihitung rata-rata setiap petani menggarap 1.128 hektar. Sehingga bila dihitung dengan nilai uang, harga Coklat pada Desember 2008 Rp 20.000/Kg. Hasil coklat di Poso di jual keluar wilayah.

Sementara hasil primadona dari perkebunan rakyat lainnya, seperti kelapa, menempati urutan kedua setelah coklat. Perkebunan rakyat pada tanaman kelapa, di Kab. Poso seluas 1.870 hektare yang tersebar di 11 wilayah dari 18 kecamatan. Dua Kecamatan, Lage dan Pososo Pesisir merupakan wilayah yang memiliki luas tanam masing masing diatas rata rata 500 hektare. Adapun penggarap tanam kelapa sejumlah 1,943 KK.

Dari hasil produksi perkebunan rakyat tanam kelapa pada tahun 2007, tani kelapa telah menghasilkan 1035 ton. Dengan hasil produktifitas 740 Kg/hektarnya.

Kebanyakan tani menjual hasilnya dalam bentuk Kopra keluar wilayah seperti, di Kab. Tojo Unauna. Hal ini terjadi, karena di Kabupaten Tojo Unauna tersebut terdapat pabrik minyak kelapa, Bimoli.

Peningkatan hasil perkebunan rakyat juga diikuti pada sub sektor pertanian tanam pangan seperti, padi. Perkembangan produksi padi di Kabupaten Poso untuk tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 28,55%. Adanya peningkatan produksi padi ini disebabkan sentra penghasil padi mengalami kenaikan produksi dibanding tahun 2006. Produksi padi pada tahun 2006 mencapai 69.372,89 ton, sedangkan pada tahun 2007 naik menjadi 89.182,05 ton. Adapun hasil produktifitasnya pada tahun ini sebesar 35,38 Kw/Ha.

Produksi padi di Kabupaten Poso terdiri dari padi sawah dan padi ladang dengan produksi masing masing, untuk padi sawah mencapai 88.392,86 ton, sedangkan padi ladang 2.592,93 ton.

Dengan meningkatnya hasil tanam pangan padi, Dolog Kab. Poso dalam penerimaan Ex pengadaan lokal mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 1.292,11% atau sebesar 1.993.471 ton, hal tersebut diakibatkan oleh produksi gabah yang mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 total penerimaan beras ex pengadaan lokal 2.147.751 ton dan penerimaan terbesar pada bulan Juli 2007 sebesar 805.027 ton. Penerimaan beras ek lokal pada tahun 2007 hanya terjadi selama tujuh bulan, Juni hingga Desember 2007.

Sementara kebutuhan konsumsi penduduk sampai dengan bulan Oktober 2008, mencapai 18.122,97 ton. Berarti Kab. Poso mempunyai cadangan beras ditingkat masyarakat sekitar 2343 ton. Selain cadangan beras yang ada dari di masyarakat, juga ada cadangan beras yang dimiliki oleh pemerintah yang dikuasai Dolog Kabupaten Poso sebesar 2139,19 ton

Dengan demikian kondisi pangan di Kabupaten Poso saat ini bisa dikatakan, cukup aman. Adapun harga padi, relatip stabil dan terkendali, terjangkau dengan rata rata harga ditingkat konsumsi, konsumen 4500 hingga 5500 sesuai kuwalitas padi yang ada di pasran.

Seiring kondisi keamanan di Kabupaten Poso yang saat ini semakin kondusif, sehingga menciptakan masyarakatnya terutama petaninya merasa aman dan leluasa beraktivitas. Sementara Pemerintahannya, selalu mendorong pemabngunan diberbagai bidang. *******

Tidak ada komentar: